Perasaan cinta cenderung akan berkurang
jika antara pasangan suami isteri terlalu sering terlibat konflik. Konflik yang terjadi pada pasangan suami
isteri biasanya berbentuk pertengkaran baik kecil, sedang atau pun pertengkaran
keras. Namun ternyata konflik tidak selamanya berdampak negatif bagi perjalanan
hidup keluarga. Menurut Kreitner, Konflik mempunyai beberapa makna, yaitu; confict
as a war, conflict as opportunity, dan conflict as a jouney.
Pertama,
konflik dapat dipahami sebagai sebuah pertempuran. Maksudnya adalah jika
terjadi konflik antara dua pihak atau lebih maka dalam konflik tersebut
haruslah ada pemenang dan yang kalah. Konflik dalam pemahaman ini tentu akan
“menelan Korban”. Kedua, Konflik dapat dipahami sebagai
kesempatan/peluang. Maksudnya adalah para pihak yang sedang berkonflik
mempunyai satu tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan suatu solusi bersama
atas permasalahan yang mereka hadapi. Ketiga, konflik dipahami sebagai
sebuah proses perjalanan. Yaitu para pihak yang sedang berkonflik mempunyai
kesadaran yang sama bahwa terjadinya konflik ini merupakan sebuah proses
perjalanan yang panjang dimana dengan perjalanan tersebut akan didapati
kesimpulan-kesimpulan atau kesamaan antara dua atau lebih pihak yang
benkonflik.
Lebih lanjut, LD Brown menyajikan hasil
kajian tentang korelasi antara intensitas konflik dengan hasilnya. Brown
mengatakan apabila terjadi intensitas konflik yang sangat rendah atau sangat
tinggi, maka akan membawa hasil yang negatif. Namun apabila konflik itu terjadi
dalam skala moderat, maka akan membawa kepada hasil yang positif.
Nah, merujuk kepada dua teori tersebut,
maka bagaimanakah sebaiknya pasangan suami isteri dalam menjalani
konflik/pertengkaran jika sedang
terjadi?
Pertama,
hendaknya demi mengedepankan cinta, harmoni dan kebahagiaan bersama setiap
pasangan harus memahami bahwa pertengkaran bukanlah sebagai peperangan.
Sehingga bertengkar tidak untuk membuktikan bahwa suami lebih hebat dari isteri
atau isteri lebih tangguh dari suami. Peperangan akan selalu membawa kepada
kondisi menang – kalah. Sang pemenang akan cenderung menghina dan meremehkan
yang kalah. Sedangkan pihak yang kalah akan selalu mencari momentum untuk
menjatuhkan sang pemenang. Konflik atau pertengkaran sebaiknya sama-sama
dipahami oleh pihak isteri maupun suami sebagai sebuah kesempatan, yaitu
kesempatan terselesaikannya sebuah permasalahan dengan munculnya beberapa
solusi atas permasalahan yang timbul pada pasangan. Atau juga setidak-tidaknya
setiap pasangan memahami bahwa konflik/pertengkaran yang terjadi adalah sebuah
proses panjang yang dengan proses tersebut masing-masing pihak akan mengambil
kesepakantan bersama dari kesamaan kesamaan ide dan gagasan serta menjauhi
perbedaan yang prinsip dalam keluarga.
Kedua,
pasangan suami isteri yang sangat jarang berkonflik akan menimbulkan efek yang
negatif. Rasa cinta tumbuh tidak sekedar melalui ketenangan tanpa keterusikan
masing-masing pasangan. Cinta sangat mungkin semakin subur apabila
masing-masing pasangan mempunyai rasa saling memiliki, saling mempunyai saham
antara satu dan yang lainnya dalam bentuk cemburu, curiga dan lain sebagainya.
Pasangan suami isteri yang saling enggan “mengganggu ketenangan” masing-masing,
lebih suka dengan jalannya sendiri-sendiri, dan sangat urusan masing-masing
tentu ada sebuah potensi buruk yang akan terjadi pada hubungan suami isteri
tersebut. Saran saya untuk pasangan yang seperti ini, ada baiknya salah satu
pasangan untuk men challenge pasangan lainnya dengan cara “tampil beda”.
Misalnya sang suami pulang kerumah dengan menggunakan aroma parfum yang berbeda,
atau sang isteri mengenakan pakain yang tidak biasa dia kenakan saat menyambut
kepulangan sang suami dengan pakaian yang lebih seksi, modis, wangi, cantik.
Harapan challenge itu adalah adanya respon atau bahkan kecurigaan dari sang
pasangan. Dari respon itulah kemudian kehangatan komunikasi akan terjadi.
Ketiga,
pasangan suami isteri yang sangat sering bertengkar juga yang berbahaya bagi
kelangsungan kehidupan keluarga yang harmonis. Bertengkar yang terus menerus
akan menjadikan rumah seperti neraka, tidak ada yang betah tinggal didalamnya.
Suami mempunyai pandangan yang sangat buruk tentang istrinya dan sang istripun
sangat negatif melihat suaminya. Rumah menjadi sebuah ajang pesakitan bagi
keduanya, padahal tidak ada satu pasanganpun yang mengharapkan kondisi seperti
ini. Saran saya bagi pasangan yang terlalu sering cekcok, boleh lah sesekali
antara suami isteri bertengkar, namun kendalikan diri masing-masing. Hindari
intensitas pertengkaran yang sangat tinggi tersebut dengan salah satu pihak mengalah atau menahan diri.
Menahan diri untuk tidak bertengkar adalah satu hal yang sangat berat namun
dapat dilaksanakan. Satu hal yang sangat penting dalam hal menahan diri, yaitu
tidak ada kewibawaan dan harga diri yang turun meski memilih diam dan menghindari
pertengkaran antara suami dan isteri.
Keempat,
pasangan suami isteri yang mempunyai konflik atau pertengkaran dengan tingkat
moderat akan membawa kepada dampak positif mereka berdua. Pertanyaannya adalah
apa tolok ukur dari moderat tersebut? Tolok ukurnya adalah pada kualitas appropriate
conflict. Yaitu terjadinya konflik atau pertengkaran karena ada pernbedaan
persepsi antara pasangan atas sebuah masalah atau prioritas rumah tangga.
Misalkan bagaimana cara berdandan isteri menghadiri kegiatan kantor suami,
apakah beli rumah dulu atau mobil, sebaiknya hutang atau nunggu uang terkumpul,
pilih deposito atau investasi lainnya, anak sekolah di sekolah internasional
atau tidak? Dan lain sebagainya. Dengan tema-tema pertengkaran yang appropriate
seperti ini selama dalam pemahaman konflik yang benar, maka pasangan suami
isteri akan menghasilkan suatu outcomes
yang positif.
Jadi, sesungguhnya konflik atau
pertengkaran merupakan bagian penting dalam hidup berumah tangga. Dengan
pemahaman yang tepat tentang konflik maka keluarga akan mengambil manfaat
positifnya. Adanya konflik dalam rumah tangga alih-alih akan menyebabkan sebuah
keluarga yang tercerai berai, justru sebaliknya setiap konflik terjadi akan
membawa kepada permasalahan yang terselesaiakan dan pada saat yang bersamaan
bunga cinta akan semakin merekah bak mawar merah yang merona di taman surga.
Semoga artikel ini bermanfaat, saya sangat
terbuka dengan komentar dan masukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar