Pemilu tahun 2014 menurut saya adalah Pemilu yang berbahaya dan mematikan. Memang sih secara keseluruhan pelaksanaan Pemilu relatif aman dengan sangat minimnya korban jiwa yang muncul akibat pertempuran antar anggota partai. Namun sebenarnya jika dipikir lebih dalam tentu kita akan dibawa kepada sebuah kenyataan bahwa terdapat sistem yang salah dibangun oleh pemerintah sehingga tata cara pelaksanaan pemilu bisa mengantarkan nyawa seseorang secara sistematis melayang begitu saja.
Lain halnya dengan hilangnya nyawa akibat tawuran antar pendukung gila dari partai-partai. Jika para pendukung gila tersebut mati, maka itu adalah pilihan garis perjuangan mereka, bahkan jika tidak mati, hanya cacat-cacat saja, mereka sangat bangga dan cerita kemana-mana jika bagian tubuhnya terkena sabetan clurit dan atau sebagainya. Luka itu menunjukkan heroisme perjuangan dan pengabdian yang total terhadap partai pujaan.
Namun jika kematian itu datang karena sistem yang dibuat, maka inilah yang saya sebut dengan systematic assassination, pembunuhan yang sistematis. Betapa tidak, berapa banyak panitia penyelenggara pemungutan suara yang meninggal setelah melakukan penghitungan suara karena mengalami kelelahan yang over? bukan hanya mereka, para saksi pun turut meninggal pula. Belum selesai, bahkan polisi juga ada yang wassalam setelah mengawal kotak suara. Ngga percaya? cari sendiri deh di mbah gugel. Ada juga yang meninggalnya secara tidak langsung, yakni kecapean trus nabrak pohon ato nyungsep di jurang, lha mending nyungsep di sawah, ini jurang lho frend kan terlalu dalam??
Karena kejadian ini terjadi di banyak tempat, maka kesimpulannya sistemnya yang benar-benar membunuh. Apa tidak bisa proses pelaksanaan dan penyelesaian penghitungan suara dibatasi jam nya ga sampe larut gitu? yang bilang ga bisa brarti otaknya udah buntu. Lha wong sistem pemilu kan kita yang buat, pasti bisa lah di buat se enak mungkin. Lain halnya jika pemilu itu dasarnya adalah firman tuhan.
Manusia memang aneh, masak bikin-bikin aturan sendiri kok buat nyusahin diri sendiri. Balik lagi ke topik, kalo kejadiannya kayak gini udah banyak korban akibat sistem yang dibangun, apa iya pemerintah menangung kelangsungan hidup para ahli waris mereka? Padahal mereka itu kerja demi negara lho? Kalo jelas sama-sama matinya kan mending pilih mati ditabrak sama anaknya ahmad dani, ada kontrak yang jelas mengenai biaya pemakaman hingga biaya ahli waris. Sampe sekarang ane belum dengar kabar tuh, pemerintah menjamin biaya para martir yang sudah gugur di medan pelaksanaan pemungutan suara tuh?
Cuma ada dua pilihan yang paling benar menyikapi hal ini, pertama; jika sistem pelaksanaan pemilunya masih seperti ini, demi keselamatan nyawa anda, ane saranin jangan pernah mau ditunjuk jadi panitia pemungutan suara. Kedua, rubah sistemnya yang lebih humanis dan tidak membahayakan keselamatan jiwa,