Jika Saya Adalah Owner Sari Roti



Sebenarnya tulisan ini ingin segera saya upload sesaat setelah Perusahaan Sari Roti mengeluarkan maklumat mengenai ketidak terlibatan perusahaan tersebut dengan aksi super damai 212 beberapa waktu lalu. Namun keinginan itu segera saya urungkan karena hingga beberapa hari setelah keluarnya pernyataan heboh tersebut, dua kubu pendukung yang berhadapan saling mengeluarkan jurus-jurus ampuh untuk menyerang satu sama lain. Baik itu berkilah dengan atas nama agama maupun sentiment kemanusiaan, menurut saya sama saja semua belum sampai pada tataran diskusi yang lebih ilmiyah. Bukan berarti tulisan ini berperspektif ilmiyah murni, namun setidaknya ditulis dalam keadaan kepala yang lebih dingin.

Kembali kepada judul diatas, jika saya adalah pemilik / pemegang saham mayoritas sari roti, dengan adanya pernyataan berkaitan dengan aksi 212 tersebut yang saya lakukan adalah Segera Pecat Direktur dan mengganti dengan direksi baru yang siap dengan strategi baru untuk mengembalikan posisi sari roti di pasar roti siap santap. Kejam ya? Ya itulah dunia bisnis yang terkesan kejam, namun sesungguhnya ini adalah bagian dari nature dunia perbisnisan roti/makanan yang mudah basi. Tentu pemecatan yang saya lakukan harus mempunyai pijakan yang cukup kuat.


Bisnis di bidang kuliner adalah bisnis yang sesungguhnya lebih dominan brand ketimbang rasa dari produk itu. Jika kita cermati, beberapa rumah makan yang booming setelah kedatangan tim uka-uka yang me review makanan hasil olahannya. Saya sendiri membuktikan, setidaknya ada 4 tempat kuliner kondang di jogja yang saya datangi setelah direview oleh semacam tim uka-uka tersebut yang tentu dari sebuah stasiun televise swasta dengan skala nasional. Pendapat saya tentang rasanya ya sama saja! Demikian halnya dengan makanan kemasan (roti), hampir semua roti dengan model dan kelas yang sepadan rasanya adalah sama. Yang membedakan adalah dimana letak roti tersebut ditaruh. Jika roti tersebut ditaruh pada etalase yang elit, akan membawa auranya tersendiri. Apalagi tersedia pada toko modern yang 24 jam dan menjamur dimana mana. 

Tapi tetap saja sama kesimpulannya, branding roti jauh lebih dominan ketimbang rasa. Jika persaingan roti ini hanya terdapat pada rasa saja mungkin si pemegang kuasa penjualan roti tidak akan mudah bergeser, karena lidah tidak pernah berbohong. Namun jika unsure lain yang lebih dominan, maka direktur/CEO dari perusahaan roti harus benar-benar focus pada perilaku konsumen. Dan ini nampaknya yang lepas dari Manajemen Sari Roti menanggapi aksi Super Damai 212.



Sejauh yang saya ketahui, jenis-jenis konsumen terbagi menjadi 3 (tiga) dalam menyikapi sebuah produk yang ditawarkan. Ada konsumen iirasional, konsumen rasional dan konsumen oportunis. Saya tidak akan membahas satu per satu. Yang jelas mayoritas konsumen Indonesia adalah konsumen iirasional. Masih ingat kan dengan istilah blackberry nation, fenomena bunga anturium, dan batu akik? Itulah beberapa buktinya. Konsumen iirasional ini akan segera menyerbu dan melahap produk2 yang kuat di pencitraan. Produk yang digunakan oleh konsumen ini tidak akan pudar kecuali jika bertemu dengan 2 hal. Yaitu citra produk lawan yang lebih unggul dan kepercayaan (belief) dari sang konsumen.

Selama tidak ada salah satu atau kedua factor pengganggu tersebut sang produk leader tetap akan bertengger. Namun jika ada salah satu saja yang mampu menyerang, produk akan ditinggal secara beramai-ramai. Nokia, blackberry, iphone, soto pak anu yang ternyata terindikasi menggunakan kaldu babi, bakso bu ani yang terindikasi menggunakan daging babi dan lain-lainnya. Dan inilah yang dilupakan oleh manajemen sari roti. Dia tidak berpikir panjang, jika belief tidak akan bisa diganggu gugat. 

Meski kemudian diatasnamakan kemanusiaan, betapa kejam para peninggal sari roti yang tega menyebabkan pedagang kelilingan mati kelaparan, betapa bodoh hanya karena termakan isu sara atau apapun. TIDAK AKAN BISA MEMBALIKKAN KEADAAN. Hebat mana sari roti dengan Nokia, Blackberry, Microsoft PC??? Tentu yang pasti adalah membangun citra baik sari roti sepertinya akan memakan biaya yang super besar.

Apakah kelompok peserta aksi, para pendukung dan simpatisan Super Damai 212 adalah pihak yang salah?? Tentu tidak, ini dagang bung?! Konsumen adalah RAJA. Jika saya pemilik usaha kesalahan mutlak saya timpakan  di manajemen yang goblok. Rugi saya bayar gede kalo Cuma mau hancurin usaha saya. Kalaupun ada upaya-upaya yang mengatas namakan apapun untuk membela Sari Roti, ya sah-sah saja bagi saya, Cuma terlihat lucu saja.

1 komentar:

Empat Hal Yang Membuat Manusia Mudah Diganggu Jin

Jin sangat mudah masuk kedalam tubuh manusia yang mempunyai perangai sebagai berikut :  Senang Marah-marah Yang Berlebihan Terjeremb...