Bagaimana Cara Mengelola Hutang Keluarga


Manajemen Cicilan Hutang

Sudah hampir dapat dipastikan setiap orang yang sudah berumah tangga mempunyai debt account atau hutang . namun sayangnya banyak sekali tis-tips, cara-cara dan anjuran-anjuran mengenai pengaturan, pengelolaan pendapatan bulanan ataupun pengeluaran keluarga yang selalu menekankan untuk menghindari hutang tanpa menjelaskan mengapa. Hutang di era modern ini sudah menjadi bagian dari instrumen kehidupan yang sulit untuk dipisahkan. Ibarat pepatah, keluarga dan hutang adalah bagaikan dua sisi dalam satu keping mata uang.

Karena hutang sudah tidak bisa lagi lepas dari kehidupan kita, maka marilah kita melihat hutang dalam kacamata yang lebih rasional dan akademis. Dalam porsi penggunaan yang benar dan strategi yang tepat hutang akan menghadirkan value added bagi para debitur. Sebagai contoh, pada tahun 2006, ayah saya membeli tanah seluas 165 m2 dipinggiran kota Yogyakarta sekitar 2 km dari Kotagede. Pada saat itu harga permeternya adalah 120 ribu rupiah, total uang yang harus dibayar saat itu adalah 23 juta rupiah setelah ditambah dengan biaya lain-lain. 


Waktu itu ayah mengambil hutang karena hanya memiliki uang 7 juta rupiah. Seiring berjalannya waktu, ternyata tanah yang dibeli ayah tersebut merupakan daerah pengembangan pemukiman. Dalam waktu yang sangat singkat berdiri perumahan disana sini. Dan pada akhir tahun 2013, harga tanah itu sudah melonjak tajam menjadi kisaran 1 juta hingga 1,5 juta. Anda bisa menghitung sendiri keuntungan ayah saya jika tanah itu dijual. Pengalaman ini menunjukkan bahwa ternyata hutang dapat mendatangkan manfaat lebih pada masa yang akan datang.

Secara akademis, hutang dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu hutang produktif dan hutang konsumtif.

Pertama, hutang produktif. Secara bebasnya dimaknai sebagai hutang yang peruntukannya untuk kegiatan produktif seperti modal usaha, modal produksi, modal bibit, investasi, dan lain sebagainya. Keluarga berhutang selalu dianjurkan untuk mengarah kepada hutang ini. Karena dengan hutang produktif akan terjadi pergerakan ekonomi baik konsumsi maupun produksi yang pada intinya diharapkan akan mendatangkan kesejahteraan. Namun tetap saja hutang ini tetap mempunyai failure opportunity atau peluang kegagalan. Karena logika bisnis bisa untung, bisa impas dan juga bisa rugi. Tidak ada bisnis yang hanya menjanjikan keuntungan saja.

Kedua, hutang konsumtif. Secara bebasnya dimaknai sebagai hutang yang uangnya diperuntukkan untuk dinikmati sendiri. Hutang konsumtif ini masih terbagi lagi menjadi 2 kelompok peruntukan. Yaitu hutang konsumtif untuk pembelian barang habis pakai dan hutang konsumtif untuk pembelian barang tidak habis pakai. Contoh hutang konsumtif untuk pembelian barang habis pakai adalah hutang untuk berlibur keluar negeri bertama teman se komunitas, hutang untuk beli pakaian, pembiayaan pesta pernikahan dan lain sebagainya. Contoh hutang konsumtif  pembelian barang tidak habis pakai misalnya beli rumah (untuk dipakai sendiri), beli mobil (untuk dipakai sendiri) dan pembelian lain yang barang tersebut masih memiliki nilai meski sudah dipakai lama.

Nah, sebenarnya hutang yang sangat perlu diwaspadai oleh setiap keluarga adalah hutang konsumtif untuk barang yang bersifat habis pakai. Sebagai manusia modern, kita perlu untuk berpikir lebih rasional dan menanamkan sikap rasional kepada anak turun kita. Tidak perlu untuk hanya gara-gara menjaga citra keluarga atau atas nama tidak ingin “mengecewakan” anak, kita harus hutang ratusan juta untuk selenggarakan pesta ulang tahun anak di hotel berbintang. Hutang-hutang semacam inilah yang bisa menghancurkan sebuah rumah tangga. 

Saya akan memberikan tips atau cara mengelola hutang konsumtif yang bilamana tidak berhati-hati dalam mengelolanya alih-alih keluarga kita mendapat fasilitas baru, bisa jadi malah barang-barang kita ludes dieksekusi bank. Berikut ini tips-tipsnya :

1.       Pastikan keputusan hutang konsumtif anda benar berdasar kebutuhan, bukan keinginan. Sifat dasar dari kebutuhan (need) adalah terbatas sehingga ia dapat dipenuhi sedangkan sifat dasar dari keinginan (want) adalah sangat tidak terbatas. Berhutang untuk memenuhi keinginan sama halnya dengan bunuh diri.

2.       Pastikan Credit Card anda tidak digunakan untuk pembelian barang dengan cara konvensional. Maksud cara pembelian yang konvensional adalah misalnya anda datang kesebuah supermarket kemudian anda ambil semua barang yang anda butuhkan ketika datang ke kassa counter, anda membayarnya dengan kartu kredit. Untuk pembayaran seperti ini biasakan menggunakan uang cash, atau jika anda merasa ribet membawa uang cash, bayarlah kebutuhan tersebut dengan debit card. Gunakan kartu kredit hanya untuk transaksi inkonvensional, seperti misalnya pemesanan tiket, transaksi online dan transaksi lainnya yang tidak dapat dilakukan tanpa bantuan kartu tersebut.

3.       Pastikan hutang konsumtif dilakukan BUKAN untuk pengeluaran konsumsi yang bersifat rutin, misalkan kita berhutang kepada bank atau lembaga keuangan lain untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Pengeluaran konsumtif yang bersifat rutin harus berasal dari alokasi pendapatan rutin. Jika kita nekat hutang untuk kebutuhan konsumtif rutin, pasti kita akan terjebak dengan kegiatan cari hutang tutup hutang. Kata bang Haji Roma : “Gali Lobang Tutup Lobang”. Hidup begini tidak akan bisa tentram dan stress pasti melanda.

4.       Bagaimana jika kita sudah terlanjur banyak hutang dimana-mana? Maka langkah yang pertama adalah memprioritaskan hutang dengan bunga tertinggi sebagai urutan penyelesaian. Sembari minta untuk restrukturisasi hutang atau me rescedhuling pembayaran serta tenor waktunya agar kita bisa ambil nafas lebih panjang. Sekaligus berjanji untuk tidak menggantungkan gaya dan konsumsi dari hutang.

5.      Biasakan anda tidak membeli barang yang sejenis terlalu banyak. Juallah barang-barang anda yang sudah tidak atau jarang sekali terpakai yang masih bagus daripada barang tersebut menumpuk digudang. Manfaatkan forum jual beli online yang sekarang sudah sangat marak dan dapat diakses dengan gratis. Menjual barang yang sudah tidak dipakai lagi akan membantu kita dalam meningkatkan nilai ekonomis dari barang itu sendiri selain kita juga akan mendapatkan cash yang dapat kita gunakan untuk keperluan konsumsi kita yang lainnya.

Demikian beberapa strategi dan cara dalam mengelola hutang keluarga, mudah-mudahan bermanfaat. Jika dirasa tulisan ini menarik bagi anda, silahkan share tulisan ini kepada sanak saudara dan handai tolan. Dan mohon masukan-masukan konstruktifnya melalui komen anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Empat Hal Yang Membuat Manusia Mudah Diganggu Jin

Jin sangat mudah masuk kedalam tubuh manusia yang mempunyai perangai sebagai berikut :  Senang Marah-marah Yang Berlebihan Terjeremb...