Salam pagi, sembari ngopi…
Terlalu banyak tulisan yang
bersliweran tentang kartini masa kini. Dalam itu juga terlalu banyak perspektif
kajian yang digunakan dalam menginterpretasi para kartini dengan standar
terkini. Tentu tulisan tentang kartini akan segera tenggelam Karen terlalu
banyaknya tulisan dengan berbagaimacam pendekatan baik yang bersifat akademis
atau bahkan pendekatan mistis.
Saya tertarik untuk menganalisis
kisah cinta Roro Mendut dengan perspektif saya sendiri. Tidak ada standar yang
jelas, dan tentu banyak celah yang bisa didiskusikan.
Alkisah, ada seorang perempuan
yang berparas cantik nan elok sebut saja dia dengan Roro Mendut. Roro mendut
memang modal kecantikan, pesona dan pendirian. Tak ayal dia menjadi rebutan
para pria dari segala strata. Roro mendut, yang konon lahir di pesisir utara
daerah Pati dusun cikal, ada juga yang menyebut berasal dari ambarawa. Sebenarnya
dalam kisahnya, hati Roro mendut telah tertambat pada seorang pemuda yang
bernama Pronocitro.
Namun takdir berkata lain, pesona
Roro Mendut keburu terdengar sampai di telinga Adipati Pragolo II, yang tak
lain adalah adipati pada wilayah Pati dan sekitarnya. Singkat cerita, Roro
Mendut pun di gelandang paksa di bawa ke kadipaten untuk diperistri oleh
Adipati Pragolo II. Dalam masa pingitan,
Roro mendut di rawat di puri kadipaten. Dalam waktu yang bersamaan, ternyata
Adipati Pragolo II di claim sebagai adipati yang “mbalelo”. Sultan Agung
Hanyokro Kusumo, selaku penguasa mataram pun mengirim pasukan ke kadipaten
Pati.
Komandan yang dikirim adalah
Tumenggung Wiroguno, dengan dibekali tombak baruklinting. Tampaknya sambutan
Adipati Pragolo II kurang mengenenakkan terhadap Tumenggung Wiroguno. Perang
tanding pun tak terelakkan, akhirnya Adipati Pragolo II dapat dibunuh oleh
Tumenggung Wiroguno. Karena kalah perang, maka seluruh harta kadipaten diangkut
ke mataram sebagai rampasan perang.
Kekalahan Adipati Pragolo II
tidak begitu saja membuat Roro Mendut lepas bebas. Dia adalah bagian rampasan
perang. Tumenggung Wiroguno ternyata juga terkesima dengan kemolekan Roro
Mendut. Ia pun mengangkut roro Mendut bersama harta rampasan lainnya. Tumenggung
Wiroguno segera melancarkan maksudnya untuk menjadikan Roro Mendut sebagai
istri selir. Namun maksud itu ditolak mentah-mentah dengan alasan yang sama
saat menolak Adipati Pragolo II. Dia sudah punya tambatan hati.
Sebagai pejabat yang berwibawa,
Tumenggung Wiroguno tidak serta merta melakukan tindak pemaksaan. Berbagai macam
rayuan dilancarkan oleh Tumenggung Wiroguno, tapi itu semua mentah alias gagal
total. Hampir kehabisan akal, akhirnya Tumenggung Wiroguno menggunakan teknik
terakhir, meskipun itu hanya dijadikan alat vetakompli agar Roro Mendut
terpojok. Seolah menyerah Tumenggung Wiroguno akan melepaskan Roro mendut
dengan syarat dia harus bayar pajak pembebasan dirinya per hari sebesar 3 real dalam kurun waktu
tertentu.
Disini Wiroguno merasa menang,
karena secara kalkulasi normal, Roro Mendut tidak akan mampu memenuhinya dan
jatuh ke pangkuan Wiroguno. Ternyata hitungan Wiroguno meleset, Roro Mendut
menyanggupi persyaratan memerdekakan diri dari Wiroguno. Ia mengajukan syarat
asal boleh jualan rokok klobot.
Tak diduga tak dinyana, Roro
Mendut sangat sukses jualan “rokok klobot”. Dia menjual rokok dengan memasukkan
kliennya satu per satu kedalam bilik yang konon cerita menjilat klobot sebagai
lem, dan menyedot beberapa hisapan rokok tersebut, baru di berikan kepada
pelanggan. Pajak pun mampu terbayar dari hari kehari. Hingga suatu saat,
pronocitro sang kekasih hati datang. Siasat melarikan diri pun segera disusun,
namun Roro Mendut lupa bahwa seluruh gerak geriknya terpantau oleh telik sandi.
Upaya pelarian keduanya direalisasikan, namun apa daya seorang roro mendut dan
prono citro yang orang biasa sangat mudah tertangkap.
Rasa penasaran Wiroguno belum
terobati, secara diam diam ia perintahkan anak buahnya untuk mengeksekusi
Pronocitro. Konon ceritanya Pronocitro di eksekusi di pinggiran kota Sleman dan
dikubur disana. Setelah lama dipisahkan, Wiroguno mencoba lagi untuk mendekati
Roro Mendut. Seperti yang tlah diduga, Roro Mendut tidak bergeming. Hingga wiroguno
keceplosan, bahwa Roro Mendu tidak akan pernah menemukan cintanya karena telah
mati.
Merasa tak percaya, Roro Mendut
minta kepada Tumenggung Wiroguno untuk menunjukkan makamnya. Setelah sesampai di
makam dan Roro Mendut bisa meyakinkan dirinya bahwa itu adalah makam
Pronocitro, pada endingnya Roro Mendut bunuh diri disitu. Konon ceritanya,
kejadian bunuh diri ini diluar dugaan wiroguno, dan menyesal lah ia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar