Tulisan ini adalah pengalaman sepenggal perjalanan hidup segolongan kecil manusia dalam mengarungi kehidupan nyatanya. Kehidupan yang penuh dengan perniknya, bintang-bintang yang menghiasi langit kenyataan yang terkadang muncul terang ataupun meredup. Semuanya berlalu begitu saja sesuai dengan suasana dan pensuasanaan masing-masing pribadi dalam menjelajahi pada setiap sudutnya. Terkadang penjelajahan itu membutuhkan bekal yang tidak kecil terutama kesiapan untuk mengorbankan sesuatu yang paling berharga dalam pemaknaan hidupnya.
Edisi cantik membahas tentang kehidupan para perempuan perkasa dalam setiap sepak terjangnya sesuai dengan tema besarnya, cantik. Belum sempat diriku membaca apalagi memahami alur berpikir dan pemaknaan hidup para perempuan ini mengingat singkatnya interaksi yang terjadi. Mereka muncul pada saat kebanyakan manusia menginginkan ketenangan atau menghilangkan kepenatan pada situasi yang kadang atau seringkali ditengah hiruk pikuk kehidupan yang mobile. Tapi dengan ketegaran, kesabaran, kepercayaan diri serta trik tentunya ia menyapa dengan segenap potensinya kepada siapapun yang dilewati dengan teriakan-teriakan yang berbeda-beda.
Dalam sebuah kereta ekonomi, special offer dari para special promotion girl selalu terdengar dan melingkar-lingkar disekitar kuping para penumpangnya. “Nasi anget..nasi anget.., Kopi..Kopi..Kopi, Kacang..kacang..kacang..” dan teriakan teriakan “merayu” lain tentunya. Mereka adalah para perempuan dalam edisi “cantik” kali ini. Mereka benar-benar cantik karena tidak satupun para perempuan itu “ber-jerawat” (bukan berarti yang berjerawat tidak cantik, kadang menjadi semakin beautiful dengan hiasan bintangnya, kan jadi ada kerlip2nya, apalagi dah gitu ngambek, hee..). Wajah tanpa jerawat disini adalah wajah ketulusan yang merelakan untuk terus berjaga dalam perjalanan malam hari. Terkadang mereka membantu para penumpang yang terpulaskan oleh raungan besi tua yang sering terbatuk-batuk karena kondisi uzurnya. “Mas..Mas yang turun Cirebon, sudah sampe bekasi…yang bekasi…yang bekasi”, mereka tetap berteriak tidak hanya menawarkan produknya. Prinsip service excellent dipakainya, dari mana teori itu didapat mungkin itu tidak penting bagi mereka. Yang paling penting adalah bagaimana daganganku laku itu saja.
Mereka memang cantik karena tidak ada satupun dari pedagang perempuan itu yang tidak menggunakan kosmetik kecantikan yang menghiasi wajah meski hanya bedak atau parfum yang beraroma khas para pekerja (yang pada kadar tertentu bukannya wangi tapi orang bisa puyeng klo lama-lama di deketnya). Juga tidak ada rambut yang terurai lusuh tanda hilangnya semangat juang meski beroperasi di saat tepat untuk istirahat. Ya, style dan kosmetik super sederhana namun cukup eye catching bagi para penumpang kereta, meskipun dalam kondisi lelah dan terkantuk-kantuk sekalipun?!! Satu lagi, siapapun yang melirik apalagi memandang “kecantikan” itu maka sang perempuan pasti akan segera berhenti dan menggeber dagangannya, “yang anget mas, kopi-kopi atau kacangnya juga ada. Murah mas”. Luar biasa mereka menggunakan prinsip, take a moment get the transaction, yang lagi-lagi darimana teori itu didapat pasti tidak penting.
Mondar-mandir pada gerbong yang sama dengan penumpang yang sama menawarkan barang yang sama tidak segera membuat lemah motivasi jika tidak segera direspon oleh calon “rajanya”. Sebuah mentalitas yang sulit ditemukan kecuali oleh para perempuan “cantik” ini. Persis seperti apa kata Hasan al Bashri ketika ditanya tentang optimisme hidupnya. Beliau berkata : “aku tidak khawatir akan kehidupanku karena tuhan telah memberikan jatah rejeki kepadaku yang tidak akan bisa diakses oleh orang selain diriku”. Yang jelas ini tidak penting apakah kondisi mentalitas seperti ini akibat keterpaksaan ataupun karena sebuh kesadaran penuh sebagai landasan keputusan.
Sepenggal perjalanan para perempuan cantik yang meniti kehidupan dan mengais rejeki dari gerbong ke gerbong. Tidak diketahui apa motivasi yang menyebabkan karir ini ditempuh. Juga tidak diketahui apakah ia juga menjadi sebuah loko yang harus menarik sekian gerbong dibelakangnya ketika dirumah. Ataukah ia adalah sebuah gerbong yang harus mendorong loko usang karena uzur dan ketidakmampuan sang loko menariknya. Sebuah pilihan yang tidak mudah juga tidak terlalu sulit, tergantung simplisitas cara pandang bagi orang yang memandang. Sebuah perenungan yang bisa simple dan juga bisa rumit, tergantung juga dari mana sudut pandang orang yang merenungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar