Cari Kerja?? Pasti ada Passwordnya

Disuatu siang yang agak panas dan gerah, ditengah sebuah kesibukan kerja tiba-tiba terdengar suara merdu (dari seorang perempuan tentunya) : ”Permisi mas…?? Eng..mau nanya apa benar disini kantor bank syariah?”, ”Iya betul, ada yang bisa dibantu”, jawab mas-mas yang dideketnya. ” ini anu mas, saya dapat informasi katanya bank syariah disini lagi membuka lowongan kerja. Saya mau masukin lamaran” lanjut mbaknya (tambahan info : mba nya ckp, he..he..). ”Apa mba, saya mau dilamar?? Wah ga usah repot-repot lho mba??” Canda si mas tadi. “Bukan gitu maksud saya, saya mau masukin surat lamaran pekerjaan”, sergah si mba dengan agak sewot. ”o..nggih, silahkan dikumpul di meja deket almari itu, saya lagi nanggung je..” balas si mas dengan logat khasnya dan senyum jail tanda sukses ngerjain orang.
”dah ya mas, trimakasih, permisii..” si emba langsung ngacirr.. suasana kembali seperti sediakala. Masing-masing sibuk dengan urusannya. Ternyata situasi ini tidak berlangsung lama. ”Permisi..Assalamu’alaikum...” (yach.. suara mba-mba lagi dech). Lagi-lagi mas yang paling deket pintu langsung nyahut ”wa’alaikum salaam, ada yang bisa dibantu mba?” sambil melongokkan kepala. (wee.. lha koq gaul pakaiannya, hmm..???). ”Maaf mas, saya mau masukin surat lamaran pekerjaan” ucap si mba agak mendayu-dayu (comment :yg ini agak dilebih-lebihkan biar ....). ” Taruh di meja aja mba” jawab si mas sperti sebelumnya dia nglayani ”tamu-tamunya”. Dan ternyata seharian penuh dan beberapa hari setelahnya ritual kerjaan jadi nambah. Nglayanin orang mau nglamar kerjaan (Hari gini pekerjaan emang susah banget dicari!!)
Bertemu dengan banyak pelamar memang menyenangkan sekaligus mengherankan. Menyenangkan karena suasana ruang menjadi ngga bete dan ada suasana baru dengan interaksi-interaksi singkat yang terjadi. Tapi yang membuat jadi heran juga ada, apakah itu??? (ada dee..h, ehh engga’ dink). Yaitu perilaku!! Dari sekian orang baru yang berinteraksi hanya beberapa gelintir saja yang gayanya pas dengan lingkungan yang ia harapkan untuk kerja disana. Seringkali otak ini dipaksa untuk berpikir karena suatu kejadian yang sebenarnya ga ada nyangkut-nyangkutnya ama kepentingan pribadi. Ya kayak kasus ini. Nglamar di bank syariah ko masuk ruangnya ga ngucapin salam??! Pakaiannya juga gitu..(ga usah dibayangin, ntar ngamuk-ngamuk lagi sampe rumah!?). ini kan bank syariah??
Mungkin kalo Cuma satu atau dua orang sih ga masalah, bisa dianggap oknum. Tapi ini mayoritas hampir semua bahkan (waduh, semakin sulit emang nyari yang kualified). Pertanyaan yang segera mendera bertubi-tubi, apakah teman-teman kita itu tidak sempat belajar atau sekedar membaca buku-buku manajemen terapan yang mengajarkan bagaimana kita berperilaku pada suatu tempat tertentu? (yang ini gaya konvensional). Ataukah teman-teman kita ini (mungkin kita juga kallee..) belum sempat membaca adab-adab menghadiri dan berinteraksi dalam sebuah majlis? (klo yang ini versi syariahnya). Atau apakah sikap-sikap ”aneh” ini emang udah menjadi gaya dan kebiasaan kebanyakan orang sampe orang lain canggung kalo harus berbeda. Kalo bener ini yang terjadi wah bener-bener tuubaa lil ghurobaa nih.
Mungkin kita sepakat kalo perkerjaan saat ini tidak sekedar sebagai usaha penyambung usia dan pengganjal perut, tapi ia telah memasuki ke ranah lifestyle. Sehingga tak jarang banyak orang yang pilih-pilih dalam mencari pekerjaan. Ada yang memilih pekerjaan yang deket lingkaran artis, ada yang memilih pekerjaan yang ga mau kotor-kotor dan kostum yang modis, ada juga yang memilih pekerjaan yang mengutamakan perolehan uang dengan cepat berlipat ganda bahkan kalo bisa tinggal duduk manis dirumah tapi sistem yang jalan (weleh..weleh..). kecuali kalo dah kepepet, paling-paling bilang : ”ya.. gimana lagi, anak dah lahir, nglamar kerja ksana-ksini dah bolak-balik juga ga ketrima. Mungkin ini satu-satunya jalan, jadi penjual gorengan! (dia ga nyadar klo ternyata penjual gorengan banyak yang sukses luar biasa, contohnya pakde Mc Donald)”. Itu smua sah-sah saja dan mang harus ada target kesana, tapi memang harus ditentukan dengan kesadaran penuh dan tujuan yang jelas. Kedua hal ini bagaikan dua sisi dalam sekeping uang logam (wah, ungkapan jadul kluar lagi nih)
Kesadaran penuh atau akan melahirkan sebuah pilihan tepat yang berdasar atas pembacaan jeli dan sesuai dengan bekal/modal pribadi yang dimiliki. Ia tidak akan mudah terombang-ambing apalagi sekedar ikut tren yang sedang marak. Sebuah brand yang unik hanya dimiliki oleh orang-orang yang bukan pengikut, tapi hanya dimiliki oleh orang yang fokus dan dengan kesadaran penuh. Dengan kesadaran ini pula ia tidak mudah terbius oleh iming-iming yang sesaat dan belum tentu terwujud sehingga tidak terjebak dalam situasi yang sangat menyulitkan karena ia harus menggadaikan barang yang paling berharga yaitu aqidah dan ”barang-barang berharga” lainnya.
Banyak kita temukan kasus, hanya gara-gara ingin kaya dengan cepat dan memiliki harta yang melimpah dengan mudah seseorang rela menekuni bisnis ribawi dengan berbagai macam modifikasi dan berbagai macam jawaban yang telah dipersiapkan dan dirasional-rasionalkan sesuai syar’i. Padahal orang tersebut dari kecilnya sudah bergelut dan sekolah ditempat yang mengajarkan kafaah syar’i.(ehh..ehh..ehh, ini adalah fitnah yang kejam, na’udzubillahi min dzaalik, kata pak SBY. Ehh..ehh..ehh, ini pasti bakal rahasia ilahi kalo dia ngga tobat, kata pak SLB). Ato contoh lain yang lebih norak lagi, hanya gara-gara kepingin nampang di layar kaca trus dia merelakan diri jadi ”tukang pijetnya” pak produser, cerita klasik yang terus berulang-ulang. Ini terjadi karena orang yang melakukannya sedang tidak sadar.
Selain kesadaran ada tujuan yang jelas. Tujuan adalah sesuatu yang dituju ia menjadi sebuah limitasi, semua orang akan bergerak terus tanpa berhenti sebelum limitasi itu tergapai. Sedangkan jelas adalah tidak tersamarkan, sesuatu yang tervisualisasi secara gamblang dari berbagai sudutnya sehingga tidak menyesatkan dan menjadi spirit tesendiri bagi orang yang ingin menggapainya. Tujuan yang jelas hanya diperoleh melalui asupan informasi yang benar dan melalui sumber tidak ada lagi keraguan didalam kebenarannya. Sumber yang benar mempunyai sifat informasi yang bertahap dan tidak meloncat tetapi mempunyai dampak yang paten. Ia juga terjaga keasliannya serta bervariasi ada yang sulit ataupun mudah dalam mendapatkannya. Tujuan yang jelas semakin memberikan informasi kepada kita apakah jalan yang ditempuh, tata cara yang di pilih serta pencapaian yang telah dilalui adalah sebagai titik antara ataukah sebagai finish bagi kehidupan yang sesungguhnya.
”Assalamualaikum...”, ”Wa’alaikum salaam...” (Gubrak, Glodak – Glodak, Krompyeng..), ”Afwan pa mau tanya, disini alamat bank syariah yang sedang membuka lowongan kerja ya?”, ”i..i..iya, benul, ada yang bisa di bantu??”, ”Saya mau masukin surat lamaran tuk bergabung di lembaga ini”, ”bisa, apakah persyaratan sudah dipenuhi?”, ”insyaallah sudah”, ”kalo gitu silahkan di taruh diatas meja”, ”jazakallah pak, assalaamu’alaikum....”, ”wa’alaikum salaam...” (he..he.. klo yang ini akhwat..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Empat Hal Yang Membuat Manusia Mudah Diganggu Jin

Jin sangat mudah masuk kedalam tubuh manusia yang mempunyai perangai sebagai berikut :  Senang Marah-marah Yang Berlebihan Terjeremb...